twitter rss

Pindah Rumah

P.E.N.G.U.M.U.M.A.N

Zona Pak Wow saat ini pindah rumah ke AbaH_GahuL

Sekian & Terima Kasih.

Bromo: Perjalanan Panjang yang Memuaskan di Lautan Pasir

Memori 11-12 Juni 2011

Masih teringat pesan-pesan Mbah Jiwo sewaktu briefing akhir sebelum berangkat menuju Bromo, "Belum bisa disebut sahabat kalau belum melalui 3 perkara, perjalanan bersama, bermalam bersama, dan maslaah keuangan (betul gak mbah, lupa2 ingat :p). Dan Alhamdulillah kita akan melaluinya sekaligus dalam agenda ini (Ekspedisi Bromo)". Perjalanan ini dilakukan oleh 9 petualang sejati dari Teater Langit Malang. Semoga saat ini kita benar-benar menjadi sahabat.

mejeng dulu sebelum berangkat
Seperti biasa setelah molor sekitar 1 jam, pukul 17.00 kami memulai perjalanan menuju Bromo. Warna-warni musik mulai dari religi sampai koplo --sebelum akhirnya diprotes sama yang lain-- mengantarkan kami mengarungi perjalanan malam yang dingin. Canda tawa dan cerita menjadi bumbu menambah sedap didalam mobil. Melewati daerah yang asing dan terkesan angker menjadi cemilan di sepanjang perjalanan.
  
Mungkin ini menjadi hari keberuntungan kami, memasuk desa Purut, Probolinggo kami disajikan tontonan Jaran Kencak, kuda yang menari, entah apakah memang bisa menari atau karena kerasukan. Jalanan macet dan untung ada pak hansip yang membantu membukakan jalan kepada kami, menyibak lautan manusia dan sepeda motor yang memenuhi jalan.
  
Sekitar pukul 21.00 kami sudah sampai di wilayah Tengger, muter-muter mencari tempat berlindung dari udara dingin. Hanya bermodal percaya kepada pak sopir yang sekaligus guide kami, bro Fuad, akhirnya kami mendapatkan penginapan yang istimewa, ada kamar tidur ++. Maksudnya gak cuma buat tidur, tapi bisa berfungsi juga sebagai dapur untuk memasak bekal yang telah kami bawa, mie instan.
  
Setelah bersitirahat sambil menahan dingin, dan mencoba tidur walau tidak bisa nyenyak, sekitar pukul 03.00 saya mendengar suara ramai dari para penghuni kamar lain yang sudah berisap untuk menuju Bromo guna menikmati sunrise disana. Sepertinya sebagian besar lebih memilih ke Penanjakan untuk menikmati sunrise, sedangkan kami langsung menuju kawah Bromo. Setelah kami semua siap, berangkatlah dengan jalan kaki menuju kawah. Setelah berpikir dan mempertimbangkan sikon, akhirnya kami menggunakan fasilitas ojek. Dini hari yang gelap dan dingin menjadi sahabat perjalanan kami.

Dengan berbekal 2 buah senter dan ingatan sang guide kami, bro Fuad, kami mulai menyusuri lautan pasir Bromo. Tak lama kemudian kami bertemu dengan rombongan lain yang sudah berada di Pura, mereka takut tersesat dan memilih untuk menunggu. Akhirnya mereka bergabung dengan kami dan bersama-sama mencari jalan. Setelah beberapa waktu kami bertemu kebali dengan rombongan lain yang ternyata sudah tersesat, mereka kembali dari jalur yang akan kami lalui. Rasa bingung mulai merasuki kami, ditambah udara dingin yang menembus jaket membuat semakin panik dan mencekam. Rombongan yang tersesat tadi akhirnya menyusuri jalan lain, sedangkan sedangkan rombongan yang bertemu kami sebelumnya memutuskan untuk kembali ke Pura. Karena sudah masuk waktu Subuh akhirnya kamipun sholat berjamaah di hamparan lautan pasir, Subhanallah...

abis sholat subuh
Setelah sholat kami bertemu dengan seorang penjual bunga edelweiss, dan kamipun diantarkan menuju kawah karena kebetulan beliau juga akan berjualan disitu. Ternyata akibat erupsi terjadi, tekstur dan kondisi bromo berubah, jalur yang biasanya bisa ditempuh dengan mudah menjadi sulit dan tertutup. Pertama kami harus menyeberangi jalur lava buatan yang disiapkan apabila terjadi erupsi. Setelah itu kembai naik dan menyusuri jalan mendaki. Setelah beberapa lama akhirnya kami sampai ditangga kawah Bromo. Saya pikir perjalanan menjadi mudah karena ada tangga, ternyata tidak. Tangga tersebut juga tertutupi pasir sehingga menjadi licin dan terpeleset apabila tidak hati-hati. Kembali kebersamaan dan persahabatan kami diuji. Teman-teman yang sudah mencapai atas memberikan semangat kepada kami. Saya sendiri harus membantu teman kami yang kelelahan di tengah jalan. Dengan modal syal saya dan bro Coy menarik teman kami. Dan Alhamdulillah kami pun sampai di mulut kawah Bromo dengan selamat.

bersama di puncak bromo
Walaupun hari sudah terang, ternyata matahari baru terlihat muncul dari balik pegunungan. Rasa hangat mulai memasuki tubuh, angin yang kencang bertiup seakan mengajak menari dan terbang. Suara gemuruh dari kawah bromo juga turut meramaikan indahnya pagi ini. Subhanallah... sungguh indah ciptaan Allah... luar biasa... Kami menikmati dengan cara masing-masing, tapi yang pasti dilakukan adalah foto-foto. Mungkin ini adalah hal wajib yang harus dilakukan setiap orang, ingat istilah di kaskus: "No pic = HOAX" LOL.

sunrise dari puncak bromo
Setelah puas menikmati pagi dikawah Bromo, yang kebetulan suara gemuruh menjadi keras serta asapnya meluas, kami pun turun menuju lautan pasir. Ada yng memilih dengan naik kuda dan jalan kaki, sedangkan saya sendiri memutuskan untuk jalan kaki. *hemat beib*. Dan ternyata kami ditujuan dengan waktu yang bersamaan, karena yang naik kuda menggunakan jalan yang memutar, menghindari jalur lava.
  
Di lautan pasir teman-teman kembali memanfaatkan momen untuk berfoto-foto ria. Berbagai model diperagakan dan diikuti oleh pengunjung yang lain. Mulai dari gaya lompat-lompat, duduk-duduk, hingga ndlosor di pasir. Perut mulai berontak, rasa lapar melanda, untunglah ada cilok yang hadir di waktu yang tepat. Sungguh penjual cilok ini menjadi pahlawan kami.

terbang di atas lautan pasir
Setelah puas, kami pun kembali ke penginapan. Rombongan kembali terpecah mejadi dua, jalan kaki dan naik ojek. Sekali lagi saya memelih untuk jalan kaki, biar bisa menikmati pemandangan dan tantangan di lautan pasir. Dan yang terpenting adalah saya merupakan anggota KPK (Komunitas Pejalan Kaki) *ngeles* *hemat beib*. Saya tidak mengira jika jalan yang akan kami lalui adalah jalur menanjak. Benar-benar membuat kelelahan. Untung bro Fuad membawa madu, lumayan bisa meningkatkan stamina. Tak lama kemudian kami disalip oleh 2 bule cewek dari Holland, mereka sangat bersemangat dan seperti tidak mengnal rasa lelah, dan saya merasa malu sekali. Sambil terus berjalan kelelahan saya mulai teringat, *Bagaimana kita mau kuat jalan seperti ini, pagi saja belum sarapan dan semalam hanya makan mie instan. Ya jangan dibandingkan dengan si bule yang makanannya jelas terjamin* *tepok jidat*. LOL.
  
Setelah sampai dipenginapan, kami disambut oleh teman-teman yang sudah sampai duluan dengan naik ojek. Kembali makanan instan menjadi pilihan utama untuk sarapan, kali ini saya makan bubur instan + pop mie. Benar-benar memprihatinkan. Tak lama kemudian setelah ngobrol-ngobrol, rasa kantuk kembali menerpa. Saya memilih untuk tidur sebentar sebelum melakukan perjalanan pulang.
  
Sekitar pukul 11.00 kami check-out dari penginapan dan menuju ke Banyu Biru, Pasuruan. Kembali alunan musik dan canda tawa mengiringi perjalanan kami, tapi hal tersebut tidak bertahan lama. Rasa lelah lebih kuat dan membuat sebagian besar teman-teman tertidur dalam perjalanan. Tak terasa kami pun sampai di Banyu Biru. Walaupun saya tidak bisa berenang, saya tetap masuk ke kolam, mencari kesegaran dan refresh pikiran. Hanya sekitar 1 jam kami disana, dan kami pun langsung kembali ke Malang. Sekitar pukul 16.00 kami sudah sampai di kontrakan masing-masing dengan selamat. 24-hour trip.

sendiri di pinggir kawah bromo

Avatar Apartment, 16 Juni 2011
  

  
Pak Wow TL a.k.a @AbaH_GahuL
this article also published at facebook


Ada apa sih!?

"I feel something missing.." mungkin istilah tersebut tidak asing di telinga kita, khususnya saya. Mungkin memang saat ini kita (baca: Teater Langit) sedang merasakan hal tersebut, apalagi teman2 yg sudah bergabung lama dan merasakan bagaimana suka-duka TL di masa lalu.

Situasi seperti ini tidak hanya terjadi pada saat ini, akan tetapi pada masa sebelumnya pernah kita alami, seperti halnya pada saat saya menjadi ketua. Jujur pada saat itu saya sendiri juga bingung bagaimana mengembalikan kondisi TL sperti sebelumnya.

Kalau bisa diwujudkan, maka hal yang terasa hilang tersebut adalah "kebersamaan". Dalam kebersamaan kita bisa merasakan kekompakan, canda, tawa, ceria dan hal2 yg menyenangkan lainnya.

Kebersamaan ini bukan kita dapatkan dengan mengenang masa lalu dan mengembalikan semuanya seperti dulu. NON SENSE. Tidak mungkin. Semua yg telah lalu pasti berlalu dan tidak akan kembali lagi. Baik dari segi wakgtu, ruang, dan individunya. Semua pasti berubah, datang dan pergi silih berganti. Hari terus berganti, waktu terus berjalan.

Kebersamaan disini haruslah kita bangun. Kebersamaan adalah rekayasa positif yang diciptakan dan disengaja. Kebersamaan itu muncul berdasarkan hukum sebab-akibat yg ditimbulkan oleh suatu momen yg dibuat secara bersama dan kontinyu.

Nah, sekarang bagaimana membangun kebersamaan itu? Kebersamaan akan muncul dari kesadaran diri sendiri. Lakukanlah apa yg memang seharusnya dilakukan. Kerjakan tugas2 yg harus ditunaikan. Jangan terlalu dalam memikirkan hal2 yg tidak perlu. Biarlah apa kata orang, yg penting kita terus berjalan sesuai arah tujuan. TAKE ACTION!

Apalagi saat ini TL dalam tahap berkembang, dengan peningkatan jumlah anggota yang sangat pesat pastinya juga menuntut kerja keras para pengurusnya. Saat ini TL bukan lagi sebuah perkumpulan orang2 narsis, bukan perkumpulan orang2 yg suka jalan2 dan makan, bukan organisasi main2 yg hanya untuk suka2 saja. TL adalah organisasi profesional. Dikelola dengan manajemen yg baik, mempunyai visi dan misi yg jelas, mempunyai target terukur.

Oleh karena itu kawan, marilah kita bersama membangun kebersamaan ini, kita bukanlah teman dalam 1 wadah, tapi kita adalah KELUARGA. Sampai kapanpun dan bagaimanapun ikatan keluarga tidak akan putus. 

Wallahua'lam bishowab.
*****
"Dalam sebuah organisasi pasti ada yg datang dan pergi, keluar dan masuk. Dan yg paling merasa sedih adalah orang yg menyaksikan kejadian tersebut, dia sudah sejak awal berada disitu dan tidak pergi kemanapun." (MJ).
*****


Dedicated to Teater Langit
Tulisan ini juga dipublikasikan dalam note di Privat Group Teater Langit Ngalam.


Rencana Besar

Selamat pagi kawan! (walaupun sekarang aslinya sudah malam, tapi tetap menggunakan semangat pagi).

Ya hari ini tadi akhirnya saya nengok (baca: harus ke) kampus. Setelah beberapa waktu saya menghilang dari peradaban kampus, hari ini saya kembali terlihat seperti mahasiswa sebenarnya. Celana jeans hitam dipadu dengan kemeja lengan pendek kotak-kotak abu-abu biru ditambah dengan sweater hitam dan sepatu vantovel coklat-hitam yang sudah mulai kelaparan sobek membawa saya menuju kampus tercinta. Saking cintanya sudah hampir 5 tahun saya hampir tiap hari pergi kesana. hahaha...

Dengan agak tertatih (kata teman saya seperti orang mabuk) saya memasuki kantor fakultas ekonomi yang memang tidak asing bagi saya. Orang-orang disana pun hampir rata-rata tahu saya dengan pasti (pasti angkatan tua). Memang hari ini sedikit spesial bagi mahasiswa, yaitu dimana KHS bisa diterima (ralat: tidak jadi spesial karena nilai KHS sudah bisa dilihat melalui internet sejak beberapa pekan yang lalu). Tapi mungkin bagi saya ini adalah hari spesial dan bersejarah, karena akhirnya setelah melewati 99 rintangan dan 101 cobaan dalam perjalanan ke Barat untuk mengambil kitab suci... eh, salah! yang benar saya akhirnya mengajukan outline.

krik...krik...krik....

betewe,,outline apaan yak!?
Gini aja lah, ini bisa dibilang langkah awal saya untuk bisa mengerjakan skripsi, ya kurang lebih pengajuan judul skripsi getoo... eh bro, skripsi itu makanan apa ya?? *lirik aisyi*

Sebenarnya saya mau jujur, bahwa sejak beberapa waktu kemarin saya telah mengidap penyakit yang sangat berbahaya yang menggerogoti hidup saya bahkan merenggut masa depan saya. Ini juga yang menyebabkan saya menunda-nunda pekerjaan (baca: skripsi) yang seharusnya sudah bisa saya selesaikan. Akhirnya dengan sedikit motivasi yang tersisa, saya mencoba bangkit untuk meraih kembali impian yang sempat pudar. Pastinya seluruh orang tahu penyakit tersebut dan juga pasti pernah mngidapnya juga. Dan penyakit tersebut adalah... MALAS. *eng...ing...eng...*

oke, yang mau ketawa silakan ketawa...
saya emang lagi lebay-lebay dikit lah...

krik..krik...krik....


Mungkin memang kelemahan saya, dimana harus mempunyai motivasi yang benar-benar kuat untuk bisa mengawali mengerjakan ataupun menyelesaikan suatu pekerjaan. Pragmatis? mungkin bisa dibilang seperti itu, tapi perlu digaris bawahi dan dicetak tebal: hal terebut tidak selalu berbentuk uang. Untuk kasus saat ini, yaitu skripsi, saya memang sedang termotivasi karena memang sudah dikejar deadline dan bisa dibilang hampir experied. 4 tahun lebih adalah waktu yang sangat lama dan terbuang percuma dalam hidup saya, kalau tidak segera saya selesaikan maka hal tersebut akan menjadi benar-benar sia-sia. Jadi saat ini bisa saya simpulkan sebagai momen yang tepat untuk saya bisa segera hijrah.



Hari ini tadi saya baru mengajukan outline, dan besok pagi sudah bisa saya dapatkan kepastian dosen pembimbing yang akan membantu saya untuk mengarang bebas menyusun skripsi. Dan dalam waktu kurang dari 1 pekan saya harus bisa menyusun sebuah proposal penelitian untuk diseminarkan tanggal 19 ini. Setelah itu awal April saya harus sudah menyelesaikan skripsi dan siap untuk dibantai diuji. Semoga dosen pembimbing yang saya dapatkan adalah yang terbaik dan bisa saya ajak bekerja sama dalam rencana besar ini. Amiin..

Pada kesempatan ini saya juga minta doa restu dan dukungan dari teman-teman blogger supaya saya bisa lancar melaksanakan rencana besar ini...


‎Mini Film 27°

Selamat pagi kawan. Gimana kabarnya, semoga sehat selalu menyertai anda.

Kali ini saya akan berbagi pengalaman terkait pembuatan film pendek. Selama 3 hari kemarin, yaitu Selasa - Kamis (1/2 - 3/2) kami lagi bikin sebuah film mini. Film ini merupakan pembelajaran awal kita dimana teman-teman Teater Langit sudah memimpikannya sejak lama. Saat ini adalah momen yang pas, dimana teman-teman masih dalam masa liburan, dan kameranya mumpung masih ada dan belum diambil sama yang punya.

Mbah Jiwo sebagai motor penggerak kita sangat bersemangat untuk bisa membuat 1 film saja, sederhana saja, yang simpel dan mudah saja.

Dan akhirnya jadilah mini film pertama kita yang berdurasi 8 menit. Hanya 8 menit saja kita harus shooting selama 3 hari berturut-turut. Lalu bagaimana dengan sinetron di televisi yang sampai puluhan episode itu? Ya, silakan anda bayangkan sendiri.

Banyak faktor-faktor yang sangat berpengaruh besar dalam pembuatan film, khususnya outdoor yaitu cuaca. Selama hampir sepekan ini kota Malang setiap hari pasti turun hujan, nah ini juga yang menyebabkan kita sampai harus 3 hari shooting pada saat cuaca benar-benar cerah.

Nah ini dia buat kawan-kawan yang ingin tahu bagaimana buah karya kita, jadi ya harap maklum karena masih amatiran.

Nah, kali ini Pak Wow berperan sebagai apa? Haha, kali ini saya belum berperan sebagai apa-apa. Namanya juga masih belajar, jadi lebih banya di belakang layar saja. Tapi kebetulan di mini film 27° diatas saya sempat jadi figuran, cuma muncul beberapa detik saja, hahaha... Oke ada yang tau saya muncul dimana??

Harapannya mini film ini menjadi awal pembelajaran kami, dimana impian kami untuk bisa membuat film-film yang turut menghiasi televisi dan layar lebar Indonesia. Amiin...

Ohya, satu lagi. Dengan berhasilnya mini film ini maka terpatahkan juga #MitosTL yang selama ini ada di sekitar kami...

Jayalah selalu perfilman Indonesia...! ;)